Riwayat singkat tentang perkembangan batik di Papringan (kami belum
menyebutnya sebagai sejarah karena belum cukup data) adalah bermula dari sekian
lama sejak jaman kerajaan di jawa, masa penjajahan, hingga kemerdekaan, masyarakat
Desa Papringan Kecamatan Banyumas Kabupaten Banyumas, sebagian besar kaum
perempuannya memiliki kegiatan membatik untuk mengisi waktu luangnya dalam
menjalankan perannya mengurus rumahtangga dan membantu suami bertani. selain
mengisi waktu luang, kegiatan membatik juga sedikit banyak membbantu pendapatan
keluarga.
Berpuluh
tahun lalu, hingga sekarang para pembatik Papringan hanya berperan sebagai
pengobeng (buruh batik) dari para pengusaha batik dari Sokaraja dan berbagai
daerah lain. Mereka memola mori, atau mengisi mori yang telah dibatik
sebelimnya (selengkapnya bisa dibaca pada proses membatik). mereka menerima
upah perlembar kain yang mereka batik. Jerih payah mereka dihargai hanya sampai
pada selesainya kain dibatik. tanpa ada penghargaan terhadap karya seni,
ataupun harga jual kain batik itu nantinya.
Pada 2010,
Desa Papringan menerima salah satu program dari PNPM Mandiri yaitu PLPBK
(Penataan Lingkungan dan Pemukiman Berbasis Kelompok) yang salah satu posnya
adalah pengembangan batik. Fokus dari pengembangan batik ini adalah untuk
menjadikan Papringan sebagai sentra industri batik, meningkatkan kemandirian
para pembatik agar mampu berproduksi sampai tuntas menghasilkan kain batik,
tidak lagi sebagai buruh batik bagi daerah lain. Dibentuklah sebuah Kelompok Perajin
Batik Pringmas yang menghimpun seluruh pembatik yang ada di Desa Papringan.
Berbagai
upaya kemitraan telah digalang oleh BKM Pringmas sebagai pelaksana PNPM mandiri
untuk menjalin kerjasama mendukung pengembangan batik di Papringan. Meskipun
sebelumnya juga telah ada peranserta dari dinas pemerintah, dalam hal ini
Disperindagkob Kabupaten Banyumas yang beberapa kali telah memberikan pelatihan
dan bantuan peralatan membatik. Tetapi upayalain terus dilakukan guna
merealisasikan terwujudnya sentra industri batik yang benar-benar mandiri dan
berkelanjutan. Hingga pada akhirnya salahsatu proposal dilirik oleh Bank
Indonesia perwakilan Purwokerto.
Pada 2013,
Bank Indonesia merangkul Batik Pringmas untuk lebih kuat lagi dan profesionan
dengan mengadakan serangkaian kegiatan bertemakan Penguatan dan Pelatihan UMKM
Kelompok Batik Pring Mas. Perajin batik sejumlah 30 orang yang merupakan
perwakilan dari masing-masing RW di Desa Papringan s.elama Juni 2013 mengikuti
kegiatan tersebut. Kami dilatih dari mulai manajemen organisasi, kewirausahaan,
administrasi keuangan, design motif, proses produksi, pewarnaan, sampai dengan
pemasaran. Narasumber yang dilibatkan dalam kegiatan tersebut diantaranya dari
UNSOED Purwokerto, Pengusaha batik sekaligus guru batik dari Sokaraja, Heru S.,
pengusaha batik Maos, Tonik S., pengusaha batik dari Purbalingga, Yoga P. Semua
sangat membantu kami dalam pengembangan pengetahuan secara ilmu maupun praktek
tentang proses membuat kain batik ecara keseluruhan.
Bank
Indonesia membekali kami tidak langsung berupa modal dana, tetapi pengetahuan
dan keterampilan produksi batik serta peralatan produksi dan bahan baku. Mulai
dari bak stainless pencelupan, bokor, ember, timbangan digital, sampai dengan
sarung tangan. Juga obat-obat pewarna batik selengkapnya. Masing-masing peserta
pelatihan dibekali 2 lembar mori untuk didesain, dipola, untuk kemudian dicelup
sebagai sarana praktek produksi.
Pada puncak
acara perayaan HUT ke-60 Bank Indonesia yang dirayakan di RRI Purwokerto,
Sabtu, 29 Juni 2013, 60 lembar kain batik produksi perdana kami diikutsertakan
untuk diperkenalkan. Beberapa diantaranya dilelang kepada hadirin. Dari acara
ini Batik Pringmas mulai dikenal masyarakat luas. Dari hasil penjualan dan
lelang batik di acara inilah, menjadi modal awal kami merintis usaha dalam satu
kelompok perajin batik. Kami belanjakan dana tersebut untuk membeli mori dan
malam dan diproduksi lagi menjadi kain batik. Begitu seterusnya.
Pada awal
perjalanan usaha kami baru sebatas penyebaran informasi dari mulut ke mulut,
dari kenalan ke rekan-rekan. Pesanan demi pesanan mulai berdatangan, terutama
awalnya dari lingkungan perbankan. Banyak tamu rekanan yang dibawa oleh pihak
Bank Indonesia perwakilan Purwokerto serta liputan dari beberapa media cetak
lokal maupun elektronik makin mengenalkan Batik Pringmas kepada masyarakat.
Pada 29
Agustus 2013 kami melakukan study banding ke dua tempat yang merupakan
perusahaan batik yang telah terkenal luas baik di dalam maupun luar negeri.
Obyek pertama adalah Batik “H” atau yang lebih dikenal sebagai Batik Mruyung
Banyumas. Terletak satu kecamatan dengan kami, dan sudah berdiri selama puluhan
taun. Beberapa pembatik di Papringan pun ada yang menjadi pengobengnya. Kami
melihat secara langsung keseluruhan proses produksi batik, batik tulis, batik cap,
batik sablon, serta pengelolaan butiknya. Obyek kedua adalah Batik Rajasamas
Maos Cilacap. Keunggulan dari perusahaan batik ini adalah pada pewarnaan dengan
bahan pewarna alam, serta jaringan pasarnya yang sudah ke tingkat nasional
bahkan internasional karena sering mengikuti pameran ke beberapa negara.
Batik
Pringmas selain memproduksi batik juga membuka kesempatan bagi siapa saja yang
ingin melihat proses produksi batik yang dilakukan di galeri RW 1 Desa
Papringan. Bagi yang ingin belajar membatik dan proses produksi lain juga
terbuka. Pada 17 Desember 2013 sejumlah siswa kelas 1 dan 2 dari SD-IT Bina
Insan Mandiri Banyumas mengikuti kelas membatik dibimbing ibu-ibu pembatik dari
Batik Pringmas. Ini sebagai salah satu bentuk upaya mengenalkan batik kepada
generasi penerus.
Awal 2014
Bank Indonesia memfasilitasi pembangunan gedung sentra Batik Papringan sebagai
sarana untuk menampung dan menjual hasil produk batik para pengrajin batik di
Papringan. Gedung ini terletak di samping pendopo RW 1 Desa Papringan. Di
pinggir jalan desa dan di tepi Sungai Serayu. Suatu letak yang strategis
meskipun masih dinilai jauh dari kota.
Melanjutkan
tahapan pendampingan, Bank Indonesia mengundang para stakeholder dari Pemda
yang dalam hal ini dihadiri oleh beberapa SKPD (Disperindagkop, Dinas
Pariwisata, BAPPEDA, Dinas Cipta Karya), kalangan akademisi, SKB, BLH, dan
beberapa pengusaha batik di wilayah Banyumas untuk duduk bersama membahas
sinergi antar elemen untuk semakin memajukembangkan batik di Banyumas. Pihak
Pemda kembali mewacanakan tentang wisata air Sungai Serayu yang memungkinkan
mendukung adanya wisata batik di Papringan nantinya. Dalam acara tersebut juga
hadir dosen dari Universitas Batik Pekalongan, ahir Widadi yang berbagi
pengetahuan tentang sejarah batik di Indonesia serta perjalanan batik sehingga
diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada Oktober 2008. Kegiatan ini
semakin memberikan semangat kepada kami untuk terus berkarya melihat dukungan
yang begitu besar dari tidak hanya Pemdes Papringan tetapi juga Pemkab Banyumas
dan para stake holder lainnya.
Awal Maret
2014 tepatnya 5-9 maret 2014 kami diberi kesempatan untuk mengikuti Bank Jateng
EXPO di taman kota Andang Pangrenan Purwokerto. Kegiatan pameran selama 5 hari
itu cukup untuk semakin mengenalkan produk kami kepada masyarakat. Selain itu
kami juga ikutserta dalam rangkaian peringatan hari jadi Kabupaten Banyumas,
menempati salahsatu stan di pendopo kabupaten pada 24 april 2014. Liputan dari
berbagai media yang meliput kegiatan tersebut semakin memperluas informasi
tentang kami.
Pada 24 Mei
2014 gedung sentra batik Papringan diresmikan oleh Deputy Senior Gubernur Bank
Indonesia, Mirza Adityaswara. Acara peresmian ini disaksikan oleh Bupati
Banyumas, Acmad Husein dan para kepala kantor perwakilan Bank Indonesia
se-Jateng dan DIY. Dalam kesempatan tersebut juga diumumkan para pemenang lomba
Desain Batik Banyumasan yang seluruhnya disabet oleh anggota kelompok Pringmas
dan warga Papringan untuk kategori batik tulis. Ini semakin menjadikan semangat
bagi kami dalam melanjutkan mewujudkan sentra industri batik di desa Papringan.
Pelatihan
demi pelatihan masih dilaksanakan untuk warga Desa Papringan masih dalam rangka
pendampingan yang dilakukan Bank Indonesia perwakilan Purwokerto. Pekan ketiga
Juni dilaksanakan pelatihan bagi para penjahit di SKB Kalibagor. Pelatihan ini
diharapkan menambah keterampilan menjahit dan wawasan perkembangan dan variasi
produk fesyen, dan mendukung produk turunan batik berupa pakaian batik maupun
pernak pernik yang memanfaatkan batik. Pekan keempat juni 2014 dilaksanakan
pelatihan batik cap.
Gedung
sentra Batik Papringan menampung berbagai macam produk hasil karya masyarakat
Desa Papringan, mulai ari batik tulis, batik kombinasi, kain jumputan, batik
cap, baju batik dan kerajinan lainnya. Gedung yang dijadikan sebagai showroom
ini buka setiap hari dari Senin sampai Minggu mulai pukul 09.00-16.00 WIB,
serta kegiatan produksi di galeri dilaksanakan 2 kali seminggu setiap hari Rabu
dan Sabtu sehari penuh.
Dengan sudah
cukup lengkapnya sarana dan prasarana maupun masih kurangnya fasilitas, kami
terus berjuang mewujudkan mimpi kami menjadikan desa Papringan sebagai kawasan
sentra industri batik Banyumasan, dalam rangka melestarikan Batik Banyumasan
dan tentu saja memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa
Papringan.