Gambar Batik Jagatan Banyumasan |
Batik Banyumasan termasuk dalam jenis batik pedalaman Jawa. Batik pedalaman lebih cenderung menampilkan warna-warna kalem dan dalam, serta sarat dengan simbolisasi makna pada motifnya, selain memuat keindahan gambar motifnya. Motif-motif batik Banyumasan banyak terpengaruh oleh Batik Solo dan Batik Jogja. Meskipun Batik Banyumas mempunyai ciri khas dan aksen dan corak khusus yang membedakannya dengan Batik Solo dan Jogja.
Inovasi motif selalu dilakukan untuk menghadapi persaingan dan menyesuaikan selera pasar. Batik Pringmas sebagai salah satu produsen batik Banyumasan juga selalu melakukan inovasi motif batik baru untuk semakin memperkaya khazanah Batik Banyumas. Salah satnya adalah Motif Jagatan Banyumasan.
Motif “Jagatan Banyumasan” merupakan
penggabungan motif-motif batik yang secara turun yemirun berkembang di daerah
Kabupaten Banyumas yang termasuk dalam motif batik pedalaman. Dalam motif ini
disajikan berbagai macam motif baik yang mendapat pengaruh motif batik Solo dan
Yogyakarta maupun motif asli dari Banyumas.
Didesain dengan pola “tambal” atau “buntalan”
untuk memisahkan masing-masing motif. Pola tambal menggambarkan gabungan,
gotongr oyong, kesatuan dari rakyat yang bhineka (beraneka tagam). Pola tambal
juga mengandung dilosofi untuk kesembuhan bagi si pemakai. Dalam hal ini,
kesembuhan yang dimaksud adalah agar bangsa ini bias segera melalui masa-masa
sulit sehubungan dengan keadaan akhir-akhir ini yang sering terjadi bencana dan
gejolak sosial terkait dengan masa pergantian kepemimpinan Negara.
Motif Bunga Matahari yang mengisi ruang antara
motif satu dengan yang lain menggambarkan harapan akan masa depan yang cerah
nan gemilang atas si pengguna kain, masyarakat Banyumas dan Indonesia pada
umumnya. Matahari juga menyimbolkan cahaya penerang yang mengandung harapan
bahwa dalam menjalani kehidupan, kita sealu mendapat Cahaya terang petunjuk
Illahi.
Warna latar hitam selain member cirri khas batik
Banyumasan, juga melambangkan kekuatan, kereguhan iman dan tekad. Warna cokelat
yang mewakili warna tanah melambangkan kerakyatan, membumi. Bahwa semua do’a
dan harapan yang terkandung dalam motif ini diharapkan akan menyebar
keberkahannya kepada tempat dan masyarakat dimana kain ini nanti digunakan.
Warna kunimg keemasan melambangkan harapan akan masa emas, kesuksesan dan
kemuliaan martabat dan perilaku sip emakai.
Motif-motif yang diangkat dalam desain ini
diantaranya adalah: Wahyu Temurun, Babon Angrem, Kawung, Ayam Puger, Pring
Sedapur, Jaean, Lar, Sido Mukti, Sido Luhur, Truntum, Serayuan, dan Lumbon.
Motif Wahyu Temurun menggambarkan turunnya wahyu
(petunjuk, amanat jabatan, anugerah) dari Illahi yang tentu disertai juga
dengan tanggungjawab. Motif Babon Angrem mempunyai makna perlindungan dan
perhatian penuh dari seorang ibu dalam merawat dan mendidik anak-anaknya. Motif
Kawung bermakna keluhuran, harapan dan asal muasal penciptaan manusia. Motif
Ayam Puger menggambarkan keadaan social masyarakat Banyumas dengan rumah
tradisional “tikelan”, yang dikitari ayam jago dan kambing sebagai hewan
peliharaan yang lazim dimiliki oleh masyarakat.
Motif Pring Sedapur atau serumpun bambu
menggambarkan persatuan, dan manfaat yang luas seperti yang dimiliki oleh tanaman
bambu. Motif Jaean menggambarkan tanaman rempah yang biasa ditanam di
pekarangan rumah masyarakat Jawa. Motif Lar melambangkan kejayaan, keluhuran.
Motif Sido Mukti meggambarkan harapan dan cita-cita kesuksesan. Motif Sido
Luhur melambangkan keluhuran budi kemuliaan dan derajat yang tinggi. Motif
Truntum menggambarkan ketulusan cinta yang terus menerus dan harapan setinggi
bintang –bintang di langit.
Motif Serayuan menggambarkan kekayaan alam yang
melimpah, salahsatunya di Sungai Serayu yang di dalamnya terdapat banyak ikan
dan hewan serta tumbuhan lainnya. Motif Lumbon, daunt alas yang merupakan
tanaman yang juga umum ada di pekarangan rumah masyarakat Banyumas dan biasanya
diolah menjadi masakan berupa “buntil”. Masakan ini adalah makanan yang merakyat
yang bahannya banyak dengan mudah dijumpai di sekeliling rumah di desa-desa. (Banyumas,
9 April 2014, Iin Susiningsih)
Batik Tulis Jawa, Batik Tulis Solo, Batik Solo, Batik Jogja, Batik Tulis Jogja, contoh Batik Tulis, contoh motif batik, makna motif Batik, arti motif batik